Sunday, February 26, 2012
Pengaruh Keluarga Terhadap Identitas
Orang tua adalah tokoh yang penting dalam perkembangan identitas remaja .Gaya pengasuhan orang tua yang demokratis , mendorong remaja untuk berpartipasi dalam pengambilan keputusan keluarga akan mempercepat pencapaian identitas.
Orang tua Joshua tidak pernah memberikan kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pemikirannya, sehingga ia terbiasa diam dan hanya menyimpan pemikirannya sendiri, sekalinya ia mengungkapkan keinginannya kekerasan fisiklah yang ia dapat, gaya pengasuhan seperti ini biasa disebut gaya pengasuhan otokratis, yang mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi suatu peluang untuk mengemukakan pendapat , akan menghambat pencapaian identitas.
Proses keluarga yang meningkatkan perkembangan identitas remaja . orang tua yang menggunakan perilaku yang memudahkan (menjelaskan, menerima dan berempati) lebih memfasilitasi perkembangan identitas remaja daripada orang tua yang menggunakan perilaku yang membatasi (mengkritik dan tidak menghargai).
Orang tua Joshua tidak pernah memberikan kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pemikirannya, sehingga ia terbiasa diam dan hanya menyimpan pemikirannya sendiri, sekalinya ia mengungkapkan keinginannya kekerasan fisiklah yang ia dapat, gaya pengasuhan seperti ini biasa disebut gaya pengasuhan otokratis, yang mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi suatu peluang untuk mengemukakan pendapat , akan menghambat pencapaian identitas.
Proses keluarga yang meningkatkan perkembangan identitas remaja . orang tua yang menggunakan perilaku yang memudahkan (menjelaskan, menerima dan berempati) lebih memfasilitasi perkembangan identitas remaja daripada orang tua yang menggunakan perilaku yang membatasi (mengkritik dan tidak menghargai).
Identitas
Ada 4 status identitas menurut James Marcia (1966, 1980, 1991)
Krisis : sebagai suatu periode perkembangan identitas selama mana remaja memilih di antara pilihan yang bermakna.
Komitmen : sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan.
- Penyebaran Identitas (belum membuat komitmen)
- Pencabutan Identitas(sudah membuat komitmen, tapi belum mengalami krisis)
- Penundaan Identitas(mengalami krisis, tapi tidak ada komitmen)
- Pencapaian Identitas(mengalami krisis, dan sudah membuat suatu komitmen)
Krisis : sebagai suatu periode perkembangan identitas selama mana remaja memilih di antara pilihan yang bermakna.
Komitmen : sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan.
Konflik Orang Tua-Remaja
Perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealisme dan penalaran logis , perubah tuaan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan orang tua, dan harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja. Remaja membandingkan orang tuanya dengan suatu standar ideal dan kemudian mengecam kekurangannya.
Banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menurut menjadi tidak menurut, melawan, dan menentang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar menaati standar-standar orang tua (Collins, 1990).
Karena banyak tekanan yang diberikan orang tuanya membuat Joshua menjadi tertekan, semakin lama Joshua yang dikenal pendiam, pemalu, dan penurut menjadi brutal dan tidak bisa diatur. Tekanan ini terjadi akibat ia selalu menjadi bahan tertawaan temanya, dan bahan kekerasan teman dan orang tuanya. sehingga Joshua sangat dendam dengan teman dan yang utama ia dendam dengan orang tuanya yang tidak pernah menganggapnya.
Banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menurut menjadi tidak menurut, melawan, dan menentang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar menaati standar-standar orang tua (Collins, 1990).
Karena banyak tekanan yang diberikan orang tuanya membuat Joshua menjadi tertekan, semakin lama Joshua yang dikenal pendiam, pemalu, dan penurut menjadi brutal dan tidak bisa diatur. Tekanan ini terjadi akibat ia selalu menjadi bahan tertawaan temanya, dan bahan kekerasan teman dan orang tuanya. sehingga Joshua sangat dendam dengan teman dan yang utama ia dendam dengan orang tuanya yang tidak pernah menganggapnya.
Perkembangan Sosio-Emosional
Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia
dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan
fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang
remaja juga sering diharapkan bersikap dan bertingkah laku seperti orang
dewasa. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk menggabungkan diri
dalam kelompok teman sebaya. Kelompok sosial yang baru ini merupakan
tempat yang aman bagi remaja. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan
mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh keluarga.
Menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkah laku dan melakukan hubungan sosial. Namun kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan mereka menjadi overacting dan energi mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat merusak. Pada masa ini, juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain. Peer group, pembentukan kelompok, membuat kelompok-kelompok yang sama dengan karakteristik dirinya, ingin menonjolkan kelompok mereka, merupakan masa perkembangan di usia-usia ini. Keinginan untuk bisa sama dengan yang lain, untuk bisa diterima oleh suatu kelompok cukup tinggi. Maka, tidak heran jika terkadang seseorang akan bersedia melakukan apapun, selama ia bisa diterima oleh kelompok tersebut. Karena rasa ingin diakui cukup tinggi pada masa-masa ini. Karena bagi sebagian orang, mereka yang akan dikucilkan oleh kelompok merupakan hal yang dapat menyebabkan stress, frustasi, dan rasa sedih (Santrock, 2001).
Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil. Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hormonal. Namun penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak pendapat ini. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan pengaruh hormonal. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Dalam menghadapi ketidanyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi yang diberikan biasanya seperti:
(1) Agresif: melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu
(2) Melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum minuman keras atau obat-obatan terlarang. (Santrock, 2002).
Menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkah laku dan melakukan hubungan sosial. Namun kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan mereka menjadi overacting dan energi mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat merusak. Pada masa ini, juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau keinginan orang lain. Peer group, pembentukan kelompok, membuat kelompok-kelompok yang sama dengan karakteristik dirinya, ingin menonjolkan kelompok mereka, merupakan masa perkembangan di usia-usia ini. Keinginan untuk bisa sama dengan yang lain, untuk bisa diterima oleh suatu kelompok cukup tinggi. Maka, tidak heran jika terkadang seseorang akan bersedia melakukan apapun, selama ia bisa diterima oleh kelompok tersebut. Karena rasa ingin diakui cukup tinggi pada masa-masa ini. Karena bagi sebagian orang, mereka yang akan dikucilkan oleh kelompok merupakan hal yang dapat menyebabkan stress, frustasi, dan rasa sedih (Santrock, 2001).
Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil. Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hormonal. Namun penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak pendapat ini. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan pengaruh hormonal. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Dalam menghadapi ketidanyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi yang diberikan biasanya seperti:
(1) Agresif: melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu
(2) Melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum minuman keras atau obat-obatan terlarang. (Santrock, 2002).
Bunuh Diri
Bunuh diri adalah cara untuk mengakhiri hidup tanpa bantuan orang lain. Laki-laki kira-kira tiga kali lebih cenderung melakukan bunuh diri dari pada perempuan, hal ini dikarenakan metode mereka yang lebih aktif dalam mencoba bunuh diri dengan cara menembakkan diri.
Umumnya bunuh diri dikaitkan dengan faktor proksimal (keadaan saat ini) dan distal (pengalaman masa lalu). Keadaan-keadaan penuh ketegangan, seperti kehilangan pacar, nilai rapor rendah, atau kehamilan yang tidak diinginkan. Begitu pula halnya dengan kurangnya afeksi dan dukungan emosional, pengendalian yang ketat, dan tekanan untuk berprestasi oleh orang tua selama imasa anak-anak yang berkaitan dengan depresi remaja, begitu juga dengan kombinasi pengalaman-pengalaman keluarga cenderung memunculkan faktor distal dalam upaya bunuh diri.
Kedua faktor inilah yang menyebabkan tokoh Joshua dalam film ekskul melakukan bunuh diri. Ia kehilangan Katie (pacar joshua, seorang bunga sekolah), ia juga mendapat tekanan dari orang tuanya akibat niai rapor yang turun, orang tua Joshua yang sangat ketat akan peraturan jika tidak menuruti peraturan itu ia akan mengalami kekerasan fisik. dan akibat semua ini Joshua menjadi depresi berat, sehingga ia nekat untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menembakkan peluru kearah kepalanya.
Kelas Sosial dan Kualitas Lingkungan
Norma-norma dari
kelompok dan geng teman sebaya kelas bawah seringkali bersifat antisosial, atau
kontra produktif terhadap tujuan dan
norma yang ada dalam masyarakat. Terlibat dalam masalah, melepaskan diri dari
cengkeraman masalah merupakan beberapa potret kehidupan yang menonjol dari
beberapa remaja.
Status
dalam kelompok teman sebaya dapat diukur dari seberapa sering anak remaja
terlibat dalam perilaku antisosial tetapi tetap terhindar dari penjara.
Suatu keprihatinan baru yakni kejahatan meningkat
dari sbelumnya, pisau dan pentungan telah digantikan oleh granat maupun senjata
otomatis yang kadang dibeli dari penjualan narkoba, maupun pencurian, daya
pikat pada hal ini sangat kuat khusunya terhadap anak-anak- dan remaja yang
terputus dari keluarganya, sekolah, pekerjaan dan komunitas.
Seperti
pada film ekskul ini, Joshua ingin menjadi pusat perhatian dari teman, dan
orang tuanya, ia ingin seperti Jerry(ketua basket populer disekolahnya). Ia tidak
tahu lagi bagaimana cara untuk menjadi perhatian mereka, dan akhirnya suatu
hari ia membawa belati ke sekolah namun naas ia justru masuk keruang BP, dan
setelah ia keluar ia justru dipukuli dan dipermalukan didepan teman-temannya
oleh Jerry. Tak sampai disitu akhirnya ia berinisiatif untuk membawa pistol
yang digunakan untuk menyandra teman-teman yang sering menghinanya, dan
akhirnya ia berhasil membuat efek jera pada temannya, dan ia pun mendapat
perhatian dari seluruh sekolah dan orang tuanya tetapi sayangnya dengan cara
yang salah.