Piaget meyakini bahwa pemikiran operasional formal
berlangsung antara usia 11-15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih
abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Pemikiran
idealis yakni mereka mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal baagi mereka dan
orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain. Selama masa remaja,
pemikiraan-pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan.
Pemikiran remaja bersifat egosentris, yakni
egosentris remaja memiliki dua bagian:
- Penonton khayalan(imaginary audience): keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri
- Dongeng pringbadi (the personal of fable): bagian egosentrisme remaja Yang meliputi bagian unik remaja.
Joshua bersikap pendiam, dan pemalu akibat ia selalu
merasa tertekan. Hal ini terjadi akibat didikan ayahnya yang sangat keras, jika
Joshua tidak menurutih apa kata ayahnya ia selalu mendapatkan pukulan. Akibat
kerasnya didikan sang ayah yang membuat Joshua menjadi sosok anak yang pendiam
dan aneh. Begitu juga disekolahnya karena sikapnya yang pngendiam dan aneh itu,
membuat teman-temannya sering memperlakukan Joshua dengan tidak baik, mulai
dari sini ia merasa tidak ada yang bisa mengerti tentang dirinya, ia selalu
merasa sendiri.
Dalam
perkembangan kognitif hal yang dialami Joshua biasa dikenal dengan rasa unik
remaja, rasa inilah yang membuat mereka merasa bahwa tidak ada seorang pun
dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Beberapa ahli yakin bahwa
egosentrisme dapat menerangkan beberapa perilaku remaja yang nampaknya ceroboh,
meliputi penggunaan obat-obatan, pemikiran bunuh diri, dan kegagalan
menggunakan alat-alat kontrasepsi selama hubungan seks (Dolcini, dkk,1989;
Elkind, 1978).
Remaja perlu punya lebih banyak peluang
untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis.
Banyak keputusan dalam dunia nyata terjadi dalam suasana yang menegangkan, yang
meliputi faktor seperti hambatan waktu dan keterlibatan emosional. Salah satu
strategi untuk pengambilan keputusan
remaja tentang pilihan dunia nyata adalah dengan mengembangkan lebih
banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan
masalah kelompok yang berkaitan dengan keadaan. Terkadang pengambilan keputusan
remaja mungkin disalahkan ketika dalam realitas, masalahnya meliputi orientasi
masyarakat terhadap remaja dan kegagalannya untuk memberi remaja pilihan yang
memadai. hal ini seperti pada kasus yang dialami oleh Joshua ia
tidak memiliki banyak kesempatan atau peluang untuk mengambil keputusan
dalam hidupnya, karena semua yang ia
lakukan hanyalah untuk menuruti ambisi kedua orang tuanya. Ia hanya diminta
untuk fokus pada sekolahnya agar mendapat nilai bagus, dan ia dilarang untuk
mengikuti kegiatan ekskul disekolahnya, padahal ekskul dapat membuat remaja
belajar untuk mengambil keputusan.
0 comments:
Post a Comment