Sunday, February 26, 2012

Perkembangan Kognisi


           Piaget meyakini bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11-15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Pemikiran idealis yakni mereka mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal baagi mereka dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain. Selama masa remaja, pemikiraan-pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan.

Pemikiran remaja bersifat egosentris, yakni egosentris remaja memiliki dua bagian:



  • Penonton khayalan(imaginary audience): keyakinan remaja bahwa orang  lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri

  •  Dongeng pringbadi (the personal of fable): bagian egosentrisme       remaja Yang meliputi bagian unik remaja.

           

            Joshua  bersikap pendiam, dan pemalu akibat ia selalu merasa tertekan. Hal ini terjadi akibat didikan ayahnya yang sangat keras, jika Joshua tidak menurutih apa kata ayahnya ia selalu mendapatkan pukulan. Akibat kerasnya didikan sang ayah yang membuat Joshua menjadi sosok anak yang pendiam dan aneh. Begitu juga disekolahnya karena sikapnya yang pngendiam dan aneh itu, membuat teman-temannya sering memperlakukan Joshua dengan tidak baik, mulai dari sini ia merasa tidak ada yang bisa mengerti tentang dirinya, ia selalu merasa sendiri.           

            Dalam perkembangan kognitif hal yang dialami Joshua biasa dikenal dengan rasa unik remaja, rasa inilah yang membuat mereka merasa bahwa tidak ada seorang pun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Beberapa ahli yakin bahwa egosentrisme dapat menerangkan beberapa perilaku remaja yang nampaknya ceroboh, meliputi penggunaan obat-obatan, pemikiran bunuh diri, dan kegagalan menggunakan alat-alat kontrasepsi selama hubungan seks (Dolcini, dkk,1989; Elkind, 1978).

            Remaja perlu punya lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak keputusan dalam dunia nyata terjadi dalam suasana yang menegangkan, yang meliputi faktor seperti hambatan waktu dan keterlibatan emosional. Salah satu strategi untuk pengambilan keputusan  remaja tentang pilihan dunia nyata adalah dengan mengembangkan lebih banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan keadaan. Terkadang pengambilan keputusan remaja mungkin disalahkan ketika dalam realitas, masalahnya meliputi orientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalannya untuk memberi remaja pilihan yang memadai.  hal ini  seperti pada kasus yang dialami oleh Joshua ia tidak memiliki banyak kesempatan atau peluang untuk mengambil keputusan dalam  hidupnya, karena semua yang ia lakukan hanyalah untuk menuruti ambisi kedua orang tuanya. Ia hanya diminta untuk fokus pada sekolahnya agar mendapat nilai bagus, dan ia dilarang untuk mengikuti kegiatan ekskul disekolahnya, padahal ekskul dapat membuat remaja belajar untuk mengambil keputusan.




0 comments:

Post a Comment